Sudarmi, S.Pd.
Guru Pendidikan Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
Guru Pendidikan Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
Pengabdian dan pengorbanan
Sudarmi, S.Pd sungguh luar biasa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kecintaannya
pada anak-anak berkebutuhan khusus di sekitar desa tempatnya tinggal. Dan
setelah ia mendapat kesempatan menjadi perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
ajang Pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Nasional 2014, Sudarmi semakin
mantap dengan jalan hidupnya, mengabdi untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Sebagai anak tunggal dari
orangtua petani dan ibu rumah tangga, Sudarmi memperoleh kesempatan untuk
mengenyam pendidikan. Setamat dari SMA PGRI Polewali pada tahun 1991, wanita
asal Sulawesi Barat kelahiran Polewali, 01 Juni 1972 ini sempat mengikuti
kursus komputer dasar selama setahun terlebih dahulu. Baru pada tahun 1992 ia
mendaftar di Sekolah Guru PLB di Makassar dengan program pendidikan tuna rungu.
Sebelum mendaftar, Sudarmi sempat mengikuti observasi terlebih dahulu tentang
hal-hal apa sajakah dan lingkungan seperti apakah yang dihadapinya saat dirinya
terjun menjadi guru PLB. Saat observasi itulah ia menjadi tersentuh melihat
anak-anak berkebutuhan khusus. Tekadnya semakin bulat untuk menyelesaikan
pendidikannya di SGPLB Makassar, hingga tamat pada tahun 1994.
Namun pada tahun 1995 Sudarmi
memutuskan untuk menikah. Suaminya adalah seorang anggota TNI. Ia yang saat itu
berada di Sulawesi Barat pun akhirnya diboyong ke Sulawesi Tenggara demi
mengikuti suami.
Baru pada tahun 2007 Sudarmi
terpikir untuk mengambil ijazah PGSLB nya di Makassar. Saat hendak mengambil
ijazah tersebut, pegawai yang melayaninya sempat bertanya apakah ia akan
mengajar di SLB. Namun ketika ia menjawab tak memiliki rencana untuk itu,
pegawai tersebut sempat menyayangkan sikap Sudarmi, karena dengan ijazah
tersebut seharusnya ia bisa mengabdi menjadi guru pendidikan khusus yang pada
waktu itu amat dibutuhkan. Akhirnya Sudarmi pun memikirkan kata-kata pegawai
tersebut. Ia bahkan kemudian berkonsultasi pada suaminya, apakah ia
diperkenankan untuk berkiprah dan berkarya menjadi guru PLB. Ternyata sang suami
amat mendukungnya. Terlebih pada waktu itu, di Desa Lakomea dan sekitarnya,
tempat Sudarmi dan keluarganya tinggal, banyak sekali anak-anak berkebutuhan
khusus yang terlantar pendidikannya.
Berbekal motivasi, semangat dan
kemauan tinggi, Sudarmi pun mendirikan yayasan sekolah pendidikan khusus, SLB
Titra Lakomea. Sekolah ini terletak di Desa Lakomea, Kecamatan Landono,
Kabupaten Konawe Selatan, Selawesi tenggara. Jarak dari sekolah ke pusat
kecamatan sejauh 3 km, sedangkan jarak ke pusat kabupaten sejauh 40 km. Untuk menjaring murid, Sudarmi tak segan
berkeliling desa dari rumah ke rumah tanpa kenal lelah untuk mendata anak-anak
berkebutuhan khusus yang membutuhkan pendidikan. Ia juga berusaha keras untuk
meyakinkan masyarakat supaya menyadari arti pentingnya pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus. Masyarakat di sekitar Desa Lakomea memiliki
kesadaran yang rendah mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus. Sebagian besar mereka adalah buruh tani dengan pendapatan
yang kecil, sehingga menganggap bahwa sekolah bukanlah hal penting bagi mereka.
SLB Titra Lakomea berdiri dengan
fasilitas sarana dan prasarana yang sangat sederhana, apa adanya. Tahun 2008
Sudarmi sempat kesulitan mencari guru yang mau mengajar di sekolahnya. Pertama
kali dibuka, hanya terdapat 3 orang guru termasuk Sudarmi. Bahkan untuk
menggaji guru tersebut, Sudarmi menggunakan gaji suaminya, 100 ribu rupiah per
guru per bulan. Dalam mendirikan SLB
Titra Lakomea pun Sudarmi tak memperoleh bantuan apapun dari pemerintah. Baru
pada tahun 2013 sekolah mendapatkan dana BOS, yang kemudian dapat menggaji
guru-guru honorer yang sekarang berjumlah 4 orang, dengan lebih baik. “Di sini
kami benar-benar mengabdi, karena tak satupun dari guru-guru yang PNS. Semuanya
honorer, termasuk saya,” katanya.
SLB Titra Lakomea mengakomodasi
anak-anak berkebutuhan khusus dengan tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna
grahita, tuna daksa, dan kelainan lainnya. Hingga saat ini, SLB Titra Lakomea
masih setingkat SD. Pada tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa mencapai 37 orang
siswa. Sayangnya, hingga saat ini SLB Titra Lakomea belum dapat menyediakan
asrama dikarenakan keterbatasan anggaran. Pun belum tersedia kendaraan khusus
sekolah.
Meski demikian, dedikasi
guru-guru di SLB Titra Lakomea luar biasa besar. Mereka tak segan untuk
menjemput murid-muridnya bersekolah, seperti yang biasa dilakukan oleh Sudarmi.
Bahkan tak jarang ia memberi uang transport kepada murid atau orangtuanya
supaya anak-anak bisa berangkat ke sekolah. Sudarmi pun sama sekali tak mengeluh
dengan aktivitas-aktivitas yang sebenarnya bukanlah kewajibannya, misalnya
memandikan murid-muridnya. “Kadang kalau ada murid saya yang belum mandi di
sekolah, maka saya yang memandikan mereka,” kisahnya.
Di sekolah, anak-anak
berkebutuhan khusus itu pun diajari berbagai macam ilmu dan ketrampilan sebagai
bekal mereka untuk hidup di masyarakat. Misalnya memanfaatkan sisa botol teh
gelas, membuat tempat serbet, dan
lain-lain. Mereka pun diajari menjahit meski sekolah masih belum
memiliki mesin jahit sendiri. “Kadang kita pinjam mesin jahitnya salah satu
guru. Jika tak dipakai, kita bawa ke sekolah. Kalau sudah kemudian dikembalikan
lagi,” kata Sudarmi. Ia merasa amat bahagia jika dapat melihat murid-muridnya
dapat hidup mandiri dan produktif.
Sudarmi adalah satu-satunya
perwakilan dari Kabupaten Konawe Selatan yang maju ke tingkat Provinsi Sulawesi
Tenggara dalam ajang pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Nasional 2014.
Setiba di tingkat provinsi, ia harus menghadapi 10 saingannya. Namun beruntung
Sudarmi lulus dan berhak melaju hingga ke tingkat nasional, bertemu dengan
guru-guru pendidikan khusus terbaik se-Indonesia di Jakarta. Sebelumnya, ia
sama sekali tak menyangka akan mendapat kehormatan demikian. Bahkan hal itu
jauh dari mimpinya, mengingat ia hanyalah seorang guru honorer, dan masa
pengabdiannya pun belumlah terlalu lama jika dibanding guru-guru pendidikan
khusus terbaik lainnya. Oleh karena itu, Sudarmi tak henti-henti mengucap
syukur dan menitikkan air mata ketika sampai di Jakarta. Setelah mendapat
pengalaman berharga di Jakarta, Sudarmi semakin optimis dan termotivasi untuk
terus mengabdi dan berkarya dengan lebih baik dalam mendidik dan membimbing
anak-anak berkebutuhan khusus. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Juara Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional 2014 (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment