Artina Nanguri Ginto,
S.Pd.
Guru Pendidikan Khusus Provinsi Sulawesi Utara
Guru Pendidikan Khusus Provinsi Sulawesi Utara
Berkat menjadi guru pendidikan
khusus, Artina Nanguri Ginto, S.Pd. memperoleh berkah yang akan senantiasa
menjadi kenangan indah dalam hidupnya. Ia berkesempatan mewakili guru
pendidikan khusus Provinsi Sulawesi Utara untuk menghadiri dan berkompetisi dalam
ajang Pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Nasional 2014 yang
diselenggarakan di Jakarta. Artina merasa senang sekali, terlebih karena ia
dapat bertemu dengan para guru pendidikan khusus berprestasi dari seluruh
Indonesia, melihat langsung menteri pendidikan dan kebudayaan, serta mengikuti
upacara 17 Agustus di Istana Negara. Yang membuat Artina lebih girang, sewaktu
mengikuti Pidato Kenegaraan Presiden, ia beruntung mendapatkan tempat duduk di
balkon sehingga dapat melihat jelas suasana.
Awalnya wanita kelahiran Akas, 12
April 1978 ini bahkan tak pernah punya angan-angan untuk menjadi guru SLB.
Setelah lulus dari SMAN 1 Kabaruan tahun 1997, ia berminat untuk mendaftar di
jurusan matematika di Universitas Negeri Manado (UNIMA). Bahkan saat itu Artina
sudah diterima UMPTN di jurusan yang dikehendakinya. Namun tiba-tiba ia bertemu
dengan seorang kawannya yang mengajaknya untuk mendaftar jurusan PLB karena
waktu itu jurusan PLB memiliki peminat yang sangat sedikit. Maka Artina pun
tertarik dengan ajakan tersebut, dan akhirnya memutuskan untuk masuk di Jurusan
PLB.
Saat pertama kali mengikuti
perkuliahan di jurusan PLB, Artina sempat merasa bingung dan bahkan kurang
menikmatinya. Terlebih hanya terdapat 7 mahasiswa dalam seangkatannya. Ia
sempat menyesal karena mengikuti ajakan temannya tersebut. Namun lambat laun,
setelah ia memperoleh banyak ilmu dan pengertian, ia pun mulai dapat menikmati
dan menyenanginya. Saat itu, ia mengambil spesialisasi di tuna netra dan
kesulitan anak dalam belajar. Hingga
tahun 2003 Artina lulus dan menyandang gelar sarjana.
Akhir tahun 2004, Artina
mengikuti seleksi CPNS yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi untuk guru
PLB. Saat itu dibutuhkan 35 tenaga guru PLB. Artina langsung lulus tes, dan
tahun 2005 mendapat surat keputusan penempatan di SLB/B GMIM Damai, Tomohon,
sebuah sekolah pendidikan khusus tuna rungu milik yayasan GMIM.
Artina ditugaskan untuk mengajar
di tingkat SDLB. Saat pertama kali mengajar, ia sempat merasa panik dan
kelimpungan karena harus menghadapi anak-anak tuna rungu, padahal
spesialisasinya adalah tuna netra. Bagi Artina, saat itu adalah masa-masa yang
berat baginya karena ia sering mengalami miskomunikasi dengan murid-muridnya
yang menggunakan bahasa isyarat, sementara ia sendiri saat itu belum menguasai
bahasa isyarat. Sehingga ia seringkali tidak mengerti dan memahami maksud
ucapan dari murid-muridnya. Terlebih lagi, saat itu ia harus mengajar 6 orang murid dalam satu kelasnya, padahal
idealnya dalam kelas SLB, satu kelas maksimal diisi oleh 5 murid.
Namun setelah 9 tahun menjadi guru di SLB/B GMIM Damai,
Artina sudah benar-benar menguasai cara pembelajaran tuna rungu, termasuk
bahasa isyarat. Ia bahkan pernah berkesempatan menjadi penerjemah dengan
menggunakan bahasa isyarat di TVRI Manado, Sulawesi Utara selama 2 tahun,
hingga tahun 2013.
SLB/B GMIM Damai, yang terletak
di Jalan Raya Tomohon, adalah sebuah sekolah pendidikan khusus milik yayasan
GMIM, menerima anak-anak khusus tuna rungu. Sekolah yang berdiri sejak tahun
1973 ini memiliki jenjang sekolah SDLB, SMPLB, dan SMALB. Pada tahun ajaran
2014/2015, jumlah seluruh siswa mencapai 72 siswa, dengan jumlah guru sebanyak
15 orang, yang terdiri dari 13 guru PNS dan 2 guru honorer. Saat pertama kali
Artina masuk di SLB/B GMIM Damai, hanya
terdapat 7 orang guru pada waktu itu. Hampir 80 persen murid-murid di SLB/B
GMIM Damai diasramakan di sekolah. Salah satu alasannya, karena rumah mereka
sangat jauh dari sekolah, sehingga pembelajaran akan lebih efektif jika mereka
tinggal di asrama sekolah. Rata-rata siswa-siswa di SLB/B GMIM Damai berasal
dari golongan kelas menengah. Meski demikian, sekolah tidak memaksakan biaya
rutin sekolah pada orang tua murid. “Jika mereka memang tidak mampu, kami tidak
memaksakan mereka untuk membayar sekolah,” kata Artina.
Selain mengajar di tingkat SDLB,
Artina pun mengajar matematika di SMPLB maupun SMALB. Sekolah yang terletak di
Jalan Raya Tomohon, yang merupakan daerah pusat kota, ini pun sering mencetak
prestasi-prestasi yang membanggakan. Antara lain pernah menjadi juara 1 OSN SLB
tingkat Provinsi, bahkan pernah pula menyabet juara 3 dalam OSN Matematika SLB
tingkat Nasional.
Artina berharap tokoh masyarakat,
pemerintah kota maupun pemerintah provinsi lebih memperhatikan pendidikan
khusus, karena menurut Artina, sejauh ini keterlibatan mereka masih kurang.
“Keterlibatan yang sangat dirasakan baru dari pemerintah pusat,” ujar ibu satu
anak ini. ***
Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional 2014 (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment