Profil Juara : Bertahan Karena Panggilan Jiwa


Besse, S.Pd.
Guru Pendidikan Khusus Provinsi Sulawesi Tengah

Saat pertama kali masuk di Sekolah Guru PLB (SGPLB) tahun 1987, Besse, S.Pd. bahkan tidak tahu bahwa nantinya ia akan berhadapan dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Namun seiring waktu, lama-kelamaan ia dapat memahami dan menjiwai profesionalisme pekerjaannya. “Timbul rasa dalam hati bahwa saya berkeinginan untuk membantu, mendidik, dan mencerdaskan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut supaya mereka tak jauh tertinggal dan selalu merasa optimis dengan kehidupan,” tuturnya.

Lahir dari orangtua dengan kesibukan sebagai petani, wanita kelahiran Sinjai, 31 Desember 1969 ini terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Oleh karena itu, sejak kecil ia bercita-cita ingin menjadi guru. Setelah lulus dari SGPLB tahun 1990, Besse mendaftar menjadi guru honorer di SLB Negeri 1 Palu, Sulawesi Tengah. Namun istri dari Marsudin ini baru diangkat menjadi pegawai negeri pada tahun 1992, dan ditempatkan di sekolah ia mengajar, di SLB Negeri 1 Palu. Hingga saat ini, Besse masih bertahan di sekolah yang sama dan sangat menikmati pekerjaan dan pengabdiannya. “Andai saya ditawari untuk pindah ke tempat lain, atau bahkan pindah mengajar di sekolah umum, saya masih lebih memilih untuk tetap mengajar di sini dengan anak-anak berkebutuhan khusus,” ujarnya. 

Sebenarnya Besse spesialis dalam mengajar tuna netra. Namun karena tuntutan keadaan di sekolah yang masih kekurangan guru, maka Besse pun mengembangkan kemampuannya mengajar tuna grahita. Saat ini, Besse mengajar di SDLB untuk tuna netra dan tuna grahita. Biasanya, dua jenis ketunaan tersebut digabung dalam satu kelas karena jumlah siswanya yang tak banyak. Namun kini Besse hanya mengajar satu anak tuna netra, karena anak-anak tuna grahita yang diajarnya telah naik ke tingkat SMPLB.

SLB Negeri 1 Palu terletak 2 km dari pusat kota Palu, Sulawesi Tengah. SLB ini mengajar anak-anak tuna grahita, tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, maupun anak-anak autis. Tahun ajaran 2014/2015, jumlah total siswa mencapai 127 orang dari SD hingga SMA. Sedangkan jumlah guru PNS sebanyak 16 orang, sedangkan staff lainnya sebanyak 28 orang termasuk guru honorer. SLB Negeri 1 Palu juga menyediakan asrama bagi siswa-siswanya, sehingga mereka dapat fokus belajar di sekolah tanpa harus pulang pergi ke rumah. Kendati demikian, orangtua mereka tetap dapat mengunjungi setiap saat.

Sejauh ini, sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri 1 Palu menurut Besse masih kurang memadai, terutama sarana untuk ketrampilan siswa. “Belum ada ruang ketrampilan, sehingga semuanya harus dilakukan di ruang kelas,” kata Besse. Meski demikian, SLB Negeri 1 telah memiliki 10 mesin jahit sebagai sarana belajar anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka juga diajari ketrampilan salon dan kecantikan, serta banyak ketrampilan lainnya, dengan harapan nantinya sebagai bekal ketika mereka benar-benar terjun ke masyarakat. “Salah satu anak didik saya bahkan ada yang sudah berhasil membuka salon setelah ia lulus dari sini,” ujar Besse dengan bangga.

Salah satu pengalaman menarik Besse antara lain ketika ia menghadapi seorang anak autis. “Anak autis itu sulit berkonsentrasi dan tak mau menatap mata gurunya. Setiap kali jam makan, ia selalu memberikan sebagian makanannya pada temannya yang itu-itu saja sampai temannya itu mengeluh karena bosan,” cerita Besse sembari tertawa karena mengingatnya.

Sejauh ini, telah banyak siswa-siswa SLB Negeri 1 Palu yang berhasil setelah mereka lulus. Artinya, mereka dapat hidup mandiri di tengah masyarakat. Bahkan tak jarang ada pula yang meraih prestasi. Kendati demikian, menurut Besse, tingkat kesadaran masyarakat di sekitar tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus masih rendah meski sekolah telah berupaya sebanyak mungkin mensosialisasikannya dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya.


Untuk meningkatkan kinerjanya, Besse tak segan untuk meningkatkan kualifikasinya. Tahun 2005 Besse melanjutkan pendidikan S-1 nya di Universitas Muhammadiyah Palu, lulus tahun 2010. Ia pun kerap mengikuti bimbingan teknis guru-guru PLB, mulai dari Bimtek di Batam, Bandung, Bali, dan sebagainya. Ibu dari Ichlasul Amal dan Mohammad Rifkan Mubaraq ini berharap dapat senantiasa memberikan yang terbaik bagi generasi bangsa yang berkebutuhan khusus, sehingga mereka pun dapat menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa. ***

Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional 2014 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment