Tahun 2015 nanti,
diharapkan target satu desa satu PAUD dan pencapaian APK PAUD hingga hingga 75%
akan tercapai. Oleh karena itu diperlukan percepatan peningkatan layanan dan
mutu PAUD. Salah satunya adalah melalui kinerja Bunda PAUD. Kendati demikian,
optimalisasi kinerja akan berjalan dengan baik, efisien, dan terarah dengan
adanya koordinasi. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal PAUDNI menggelar Rapat
Koordinasi Nasional Bunda PAUD pada 18 – 20 November 2013 lalu di Hotel Grand
Sahid Jakarta. Rakornas ini dihadiri oleh para Bunda PAUD dari seluruh wilayah
Indonesia.
Rakornas dibuka
langsung oleh Bunda PAUD Indonesia, Ibu Negara Ani Yudhoyono di Istana Negara.
Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun memberikan
penghargaan pada Bunda PAUD Provinsi dan Kabupaten/Kota Berprestasi. Untuk
Bunda PAUD Provinsi, Peringkat I diraih oleh Bunda PAUD Provinsi Riau yang
mendapat piagam dan uang pembinaan sebesar 55 juta rupiah. Peringkat II diraih
oleh Bunda PAUD Provinsi Lampung yang mendapat piagam dan uang pembinaan
sebesar 45 juta rupiah. Sedangkan Peringkat III diraih oleh Bunda PAUD Sumatera
Barat, yang mendapat piagam dan uang pembinaan sebesar 35 juta rupiah.
Sedangkan untuk Bunda
PAUD Kabupaten/Kota, peringkat I diraih oleh Kabupaten Lamandau, Kalimantan
Tengah, yang mendapat piagam dan uang pembinaan sebesar 35 juta rupiah.
Peringkat II diraih oleh Kota Bontang, Kalimantan Timur, yang mendapat piagam
dan uang pembinaan sebesar 25 juta rupiah, dan peringkat III diraih oleh Kota
Yogyakarta, DIY, yang mendapat piagam dan uang pembinaan sebesar 20 juta
rupiah. Bunda PAUD Indonesia berharap semoga penghargaan yang diberikan
tersebut dapat memberikan motivasi dan semangat untuk terus bekerja dengan
ikhlas demi kemajuan pendidikan anak usia dini.
Dirjen PAUDNI Prof.
Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog hadir dalam Rakornas ini dan memberikan
paparannya di hari pertama. Disusul oleh Deputi Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat yang menyosialisasikan Peraturan Presiden No 60 thn 2013
tentang pengembangan anak usia dini holistik integratif.
Pada hari kedua para
Bunda PAUD berkesempatan mengunjungi istana negara untuk bertemu dengan Bunda
PAUD Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono, yang meresmikan pembukaan Rakornas Bunda
PAUD. Selanjutnya disusul oleh penyerahan penghargaan Bunda PAUD Berprestasi
oleh Mendikbud. Sore harinya, acara diisi oleh paparan dari Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN), Prof. Dr. dr. Fasli
Jalal Ph.D, Sp.GK.
yang banyak mengungkap tentang pembentukan dan pertumbuhan otak anak yang
berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. Selanjutnya adalah paparan dari Direktur Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat Indonesia, Kementerian Dalam Negeri, Ir. Diah Indrajati, M.Sc, yang membeberkan
program-program Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang bersinergi dengan
program-program PAUD. Dan yang terakhir adalah paparan dari Direktur Bina
Kesehatan Anak, dr Elizabeth Jane Supardi, MPH, Dsc. yang memaparkan seputar
pelayanan terpadu untuk meningkatkan kualitas anak.
Usai pemaparan dari para ahli dan narasumber, diadakan
diskusi kelompok untuk merumuskan rekomendasi yang nantinya akan dijadikan pedoman
dalam program PAUD bagi Bunda PAUD. Seluruh peserta dibagi menjadi empat
kelompok, antara lain Kelompok I adalah para Bunda PAUD Provinsi. Kelompok II
adalah para Bunda PAUD wilayah Jawa, Sumatera, dan Bali .
Kelompok III adalah para Bunda PAUD wilayah Kalimantan dan Sulawesi ,
dan Kelompok IV adalah para Bunda PAUD wilayah NTB, NTT, Maluku, dan Papua
Barat. Jika dilihat dari sisi kuantitas tampak tidak seimbang karena peserta
Kelompok II sangat banyak, sedangkan peserta Kelompok IV sangatlah sedikit. Namun
Dr. Erman Syamsuddin, Direktur Pembinaan PAUD menegaskan bahwa esensi pembagian
kelompok yang berdasarkan wilayah kerja tersebut adalah untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran jelas mengenai keadaan wilayah Bunda PAUD bertugas,
sekaligus supaya misi-misi yang telah dihimpun melalui rekomendasi sesuai
dengan kondisi yang ada.
Pada hari ketiga atau hari terakhir diisi oleh
pemaparan hasil diskusi kelompok, pemberian penghargaan secara simbolis pada
Bunda PAUD Berprestasi oleh Direktur Pembinaan PAUD, Dr. Erman Syamsuddin,
mendengarkan kesan-kesan Bunda PAUD yang diwakili oleh Bunda PAUD Sumatera Utara dan Maluku Tenggara Barat, mendengarkan laporan
dari Kasubdit Kelembagaan dan Kemitraan, Drs. Mansur Simamora, MM selaku ketua
panitia, dan beberapa arahan dari Dr. Erman Syamsuddin yang juga sekaligus
menutup acara.
Dalam kesempatan itu, para
Bunda PAUD pun diperkenalkan pada lagu-lagu Bunda PAUD, antara lain Mars Bunda
PAUD, Hymne Bunda PAUD, lagu Satu Desa Satu PAUD, dsb. Diharapkan lagu-lagu
tersebut nantinya akan disosialisasikan oleh para Bunda PAUD di daerahnya
masing-masing dan menjadi lagu wajib yang dinyanyikan anak-anak PAUD di setiap
PAUD di Indonesia.
Tingkatkan APK PAUD
Di sela-sela paparannya, Dirjen PAUDNI menyampaikan
harapannya bahwa APK PAUD akan segera naik, karena target tahun 2015 mendatang
adalah mencapai angka 75%. Dirjen pun mengakui bahwa capaian angka tersebut
terasa cukup berat, mengingat sejauh ini peningkatan APK PAUD masih terasa
lambat. Oleh karena itu, diharapkan pada daerah-daerah yang APK PAUDnya masih
rendah untuk segera mengejar ketertinggalan, setidaknya sama dengan APK
Nasional.
Beberapa cara dalam meningkatkan APK PAUD antara lain
dengan optimalisasi kinerja Bunda PAUD. Menurut laporan dari Mendikbud, hingga
saat ini, tercatat ada 31 Bunda PAUD Provinsi dan 309 Bunda PAUD Kabupaten/Kota . Masih ada 3
provinsi yang belum memiliki Bunda PAUD, yakni Provinsi Banten, Provinsi
Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Kalimantan Utara. Salah satu faktor kekosongan
Bunda PAUD kemungkinan karena tidak semua kepala daerah itu laki-laki. Sementara
itu, Ibu Ani Yudhoyono justru mengusulkan adanya Ayahanda PAUD untuk daerah yang kepala
daerahnya perempuan.
Melalui Kinerja Bunda PAUD, diharapkan pula target satu
desa satu PAUD benar-benar tuntas terpenuhi pada tahun 2015 nanti. Jika dilihat
dari jumlah desa yang ada di Indonesia ,
yakni sekitar 70.000 desa, maka diperlukan 70.000 PAUD. Pada tahun 2012,
tercatat baru ada 40.000 desa yang memiliki PAUD. Sisanya adalah pekerjaan
rumah untuk tahun 2013 dan 2014. Meski demikian, Menurut, Prof. Reni Akbar –
demikian Ibu Dirjen biasa disapa, jika pengadaan PAUD dan peningkatan kualitas
layanan PAUD hanya ditanggung oleh pemerintah pusat, hal ini tentu akan sangat
berat. Terlebih lagi, anggaran Ditjen PAUDNI masih hanya 5% dari total anggaran
Kemdikbud. Oleh karena itu, ia menghimbau supaya anggaran PAUD pun dipikul
bersama pemerintah daerah. “Kasi PAUD
harus berani bersuara pada pimpinannya supaya PAUD mendapat jatah dan
perhatian. Kepala Dinas harus berani bersuara pada walikota atau bupatinya,
dst. Karena jika tidak begitu, yang akan diurus hanya SD, SMP, SMA, atau SMK.
Sedangkan PAUD dilupakan,” kata Dirjen. Karena anggaran yang sedikit tersebut,
Dirjen mengatakan bahwa itu pun harus didorong oleh peraturan daerah (perda),
meski membuat perda itu tidak gampang, butuh waktu sekitar 3 tahunan. Karena
jika PAUD benar-benar ingin maju, maka harus berani menganggarkan dalam jumlah
yang lebih besar.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keseragaman
nama dari lembaga yang memayungi PAUD di daerah. Sejak Direktorat Jenderal
PAUDNI dibentuk pada 2011, masih banyak yang belum menyesuaikan. “Kepala bidangnya masih bermaca-macam namanya. Ada yang namanya PNFI,
Pendidikan Luar Sekolah, dsb. Bahkan ada yang TK masih tersplit TK-SD. Karena
kepala bidangnya bukan PAUDNI, koordinasinya jadi sulit. Kita berharap agar
direktorat namanya sama, yakni kepala bidang PAUDNI,” kata Dirjen.
Dalam paparannya,
Dirjen PAUDNI memperkenalkan struktur organisasi di Kemdikbud di hadapan pada
Bunda PAUD. Ada lima Direktorat Jenderal, salah satu diantaranya adalah
Direktorat Jenderal PAUDNI yang baru dibentuk pada 2011 lalu. Direktorat
Jenderal PAUDNI membawahi Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Pendidikan
Kursus dan Pelatihan, Direktorat Pendidikan Masyarakat, dan Direktorat PPTK
PAUDNI. PAUD merupakan primadona dari Direktorat Jenderal PAUDNI.
Diharapkan para Bunda
PAUD mengetahui alur dan struktur organisasi Ditjen PAUDNI untuk mempermudah
akses dan pelayanan berkaitan dengan PAUD. “Jadi bunda sekalian, tolong
memiliki daftar kontak Direktorat Jenderal PAUD, dan harus tahu kira-kira
bantuan sosial apa yang bisa diakses. Kita memiliki banyak sekali. Meski sudah
ada alokasi untuk masing-masing Kab/Kota, Tapi masih ada kemungkinan untuk bisa
ambil yang lainnya lagi,” kata Dirjen. Meski demikian, menurut Dirjen, hanya
lembaga-lembaga PAUD yang memiliki ijin operasional yang akan diberikan bantuan
sosial.
Dirjen pun menerangkan
bahwa PAUD adalah salah satu program prioritas dari Kemdikbud, semenjak terikat
oleh komitmen kesepakatan internasional, yaitu Kesepakatan Dakkar tahun 1990.
Visi Kemdikbud tahun 2025 adalah mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan
sehat. “Maksudnya bukan hanya mencetak anak-anak yang tinggi dan pintar, tapi
juga anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan
juga memiliki jiwa kompetitif, sehingga mereka siap saat terjun ke masyarakat,”
tuturnya. Menurut Dirjen, pendidikan anak usia dini ini berada pada strata
paling bawah, tapi sangat penting untuk keberhasilan anak sampai perguruan
tinggi.
PAUD adalah pendidikan
anak usia 0 – 6 tahun. Meski masih banyak masyarakat yang tidak memasukkan
anaknya di PAUD pada usia 2 tahun pertama, tapi Dirjen mengharapkan setidaknya
anak-anak harus didorong untuk masuk TK. “Ke depan, kita berusaha supaya TK
menjadi satu pendidikan yang formal. Bahkan saat ini sudah disebut sebagai PAUD
Formal,” ujarnya.
Sejak digalakkannya
PAUD hingga tahun 2013 ini, Dirjen mengatakan bahwa terdapat kenaikan angka
partisipasi PAUD. Yang tertinggi adalah APK PAUD Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kendati demikian, ternyata masih ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin. “Kalau
kita lihat pada tahun 2004 – 2010, anak usia
3 tahun kelompok miskin dan kayanya tidak terlalu banyak perbedaannya. Tapi
menginjak usia 4 – 6 tahun, mencolok sekali perbedaannya. Tahun 2010, hanya
sebesar 35% anak-anak dari kelompok miskin yang bersekolah di PAUD. Sedangkan
anak-anak dari kelompok kaya jumlahnya hingga 68%,” terang Dirjen. Oleh karena
itu, Dirjen menghimbau untuk menggalakkan pelayanan yang menjangkau semua
lapisan masyarakat. “Para Bunda PAUD harus
rajin untuk berkoordinasi dngan para Bunda PAUD di wilayah masing-masing,
supaya lekas terselesaikan kesenjangan ini,” tukas guru besar UI ini.
Dalam hal peningkatan
mutu PAUD, salah satu yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualifikasi para
pendidik PAUD. Menurut Dirjen, guru PAUD Formal atau TK harus memiliki
kualifikasi S-1. “Sayangnya, kemampuan kita memenuhi itu baru 21% saja. Target
tahun 2020, semua guru TK harus S-1,” katanya. Berdasarkan data Dit. PPTK
PAUDNI, jumlah pendidik PAUD sebanyak 84.888 orang. Sebanyak 87,26% diantaranya
belum berkualifikasi S-1/D-4. Dirjen berharap para Bunda PAUD atau pemerintah
daerah pun memikirkan persoalan ini dan mencari solusi untuk meningkatkan
kualifikasi dan kompetensi guru TK, misalnya dengan pemberian bantuan beasiswa,
mengikuti diklat, dsb.
Pentingnya Parenting Education
Di samping itu, Dirjen
pun mengemukakan bahwa seharusnya PAUD juga dapat memberdayakan para orang tua
anak-anak usia dini. “Namun di Indonesia, capaian ini hanya 5% saja. Padahal
jumlah lembaga PAUD di Indonesia ada 162 ribu lembaga. Berarti cuma 8.000
lembaga PAUD yang menyelenggarakan pendidikan keorangtuaan,” katanya. Oleh
karena itu, ia berharap pada para Bunda PAUD untuk mendorong peningkatan
program dan pelayanan PAUD menjadi lebih lengkap.
Dengan adanya
pendidikan keorangtuaan, diharapkan para orang tua pun memiliki kesiapan,
pengetahuan, dan pemahaman bagaimana mengembangkan potensi anak saat di rumah
dan memiliki antisipasi bagaimana mendidik dan mengarahkan anak-anaknya supaya
jauh dari efek-efek negatif pesatnya pergaulan dan kemajuan jaman, misalnya
akses video porno yang akhir-akhir ini kerap mencemaskan.
Untuk meningkatkan
kualitas perkembangan anak usia dini, saat ini pemerintah pun memperkenalkan
dan menggalakkan program PAUD Holistik-Integratif (PAUDHI), yakni pengembangan
anak usia dini yang mencakup lebih banyak aspek, tak hanya soal pendidikan
saja. Mulai dari kesehatan, agama, perlindungan anak, gizi, dsb. PAUDHI ini
telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2013. “Tahun 2014
nanti harus sudah ada peraturan gubernurnya mengenai PAUDHI. Demikian pula
bupati dan walikota, diharapkan untuk mengeluarkan peraturan tersebut,” himbau
Dirjen. Pelayanan PAUD dapat diubah
menjadi PAUDHI meski memiliki pelayanan yang tak terlalu lengkap. Kendati
demikian, PAUD pun dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mewujudkan
PAUDHI.
Program layanan
Posyandu pun dapat berintegrasi dengan PAUDHI. Dalam hal ini, Dirjen
mengharapkan para penggerak PKK pun turut aktif menggiatkan aktivitas Posyandu.
Melalui Posyandu, masyarakat dapat diberi pemahaman tentang pentingnya ASI
eksklusif hingga 6 bulan.
Sedangkan untuk
perlindungan anak, Dirjen mengimbau supaya anak-anak Indonesia harus memiliki
akte kelahiran supaya mendapat akses fasilitas dari pemerintah. Melalui PAUD
atau PAUDHI, diharapkan masyarakat memperoleh informasi dan kemudahan bagaimana
cara memperoleh akte kelahiran.
Tentang pelayanan anak
usia dini, Dirjen mengatakan bahwa sebenarnya banyak program pemerintah dari
berbagai kementerian yang bertujuan memberikan pelayanan pada anak usia dini,
misalnya dari kementerian agama, kementerian sosial, kemenkosesra, kementerian
dalam negeri, BKKBN, dsb. PAUD dapat berjalan selaras dan bersinergi dengan
program-program lainnya. “Dengan kerjasama yang baik, akan tercapai pelayanan
priba bagi anak-anak generasi Indonesia,” pungkasnya. ***
Ditulis tahun : 2013
No comments:
Post a Comment