Profil Gurdasus : Mengabdi saat Konflik Suku Dayak


Choerudin, S.Pd.
Guru daerah khusus Provinsi Kalimantan Barat



Waktu itu tahun 2002. Tapi Choerudin, S.Pd. memberanikan diri untuk mengambil peluang menjadi guru daerah khusus di pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya di SDN 36 Gempar Sungai Raya yang terletak di Dusun Gempar, Gunung Tamang, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Pasalnya, masa tersebut merupakan pasca konflik antara suku Dayak dengan suku Madura yang sempat mencekam. Namun guru pendatang kelahiran Sukabumi, 10 November 1975 ini tak gentar. Bahkan meskipun statusnya saat itu hanya sebagai guru kontrak dengan gaji 250 ribu per bulan yang hanya bisa ia ambil 3 bulan sekali, Choerudin tetap memilih mengabdi sebagai guru daerah khusus.

SDN 36 Gempar Sungai Raya dapat dikatakan sebagai sekolah daerah terpencil karena letaknya yang jauh di pedalaman, dikelilingi sungai dan hutan belantara. Sungai utama yang mengalir adalah sungai Kapuas yang diapit oleh dua buah gunung, yaitu gunung Tamang dan gunung Selayang. Pada bulan April, kondisi sungai meluap sehingga kerap terjadi banjir. Sedangkan pada bulan Juli sampai Agustus terjadi pasang surut, sampai-sampai setiap jam istirahat sekolah, anak-anak selalu bermain bola di dasar sungai.

Dari pusat kecamatan, jarak yang harus ditempuh untuk menuju  Dusun Gempar adalah sejauh 160 km, dengan waktu sekitar 10 jam menggunakan motor air dan membayar 55ribu rupiah. “Jika cuaca buruk, maka tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan karena gelombang air pasang yang besar. Maka terkadang saya harus menginap  semalam terlebih dahulu di rumah penduduk untuk melanjutkan perjalanan esok hari,” kisah Choerudin.

Suku yang mendiami Dusun Gempar, Gunung Tamang adalah Suku Dayak, yang terdiri dari Suku Dayak Kanajatu, Suku Dayak Ope, dan Suku Dayak Ahe. Jumlah penduduk di wilayah Choerudin bertugas adalah sekitar 45 kepala keluarga. Mereka benar-benar hidup dalam keterbatasan karena tidak ada listrik, tidak ada sinyal telekomunikasi, bahkan tidak ada jalan darat.

Tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa SDN 36 Gempar Sungai Raya adalah sebanyak 73 anak, yang terdiri dari 6 kelas. Jumlah tenaga kependidikan  sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 5 guru PNS dan 2 guru honorer, dengan kualifikasi rata-rata berpendidikan D-2. Choerudin sendiri adalah kepala sekolah sekaligus guru pendidikan jasmani, guru umum atau guru kelas, maupun guru agama.

Sarana dan prasarana yang ada di SDN 36 Gempar Sungai Raya masih minim, karena hanya ada 4 ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran, dan setiap kelas diisi dengan 2 rombongan belajar.  Karena minimnya sarana dan prasarana, maka proses pembelajaran pun acapkali mengalami hambatan. Terlebih ketika ada pelajaran yang menuntut adanya alat peraga, karena SDN 36 Gempar Sungai Raya sama sekali tak memilikinya.

Meski demikian, Choerudin berusaha selalu aktif dalam forum KKG, yang dipusatkan di sekolah induk,  yaitu di SDN 2 pulau Limbang. Syukur Alhamdulilah melalui KKG kami  mendapat bantuan dana dari P2TK Dikdas dengan jumlah yang kami anggap cukup besar. Bantuan terakhir yang kami dapat pada Juni 2014 lalu,” katanya. Ia berharap supaya Pemerintah berusaha membantu proses pembelajaran dengan memberi sarana pada anak untuk bersekolah, menambah lahan pembelajaran, menambah jumlah  tenaga pengajar sesuai dengan yang dibutuhkan, maupun memberikan pelatihan dan seminar kepada guru.

Hingga saat ini, Choerudin yang telah berstatus PNS sejak tahun 2007 tetap setia mengabdi sebagai guru daerah khusus meskipun harus tinggal terpisah dengan istri dan keluarganya yang berada di Pontianak. Meski begitu, ia merasa bersyukur karena istrinya pun dapat membantu menambah penghasilannya secara mandiri. “Keluarga menjadi penjual bubur nasi,penjual pulsa, dan lain-lain di Pontianak,” ungkapnya. ***


Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)



No comments:

Post a Comment