Profil Juara : Berolahraga Bersama Tunadaksa


Wasdi, M.Pd.
Juara I Guru Pendidikan Khusus Tingkat Nasional 2013

Wasdi, M.Pd merasa amat bangga karena ia meraih juara 1 Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional 2014. Ia sama sekali tak menyangka, karena awalnya ia bahkan sempat menolak untuk mengikuti lomba karena takut kalah.

Sejak belia, Wasdi, M.Pd sudah bercita-cita menjadi guru. Apalagi ayahnya adalah seorang kepala sekolah, sehingga Wasdi memperoleh banyak motivasi dan dukungan. Namun ia baru terpikir untuk terjun ke dalam dunia pendidikan khusus setelah menyadari bahwa pada waktu itu minat orang-orang terhadap pendidikan khusus masih sangat sedikit. Lagipula, pria kelahiran Indramayu, 12 Februari 1970 ini pun memiliki ketertarikan dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Maka Wasdi pun memilih untuk kuliah di IKIP Bandung Jurusan PLB pada tahun 1989.


Tahun 1994, Wasdi bekerja di yayasan Purnama Asih, yakni SLB Tunagrahita Cipaganti. Gaji pertamanya waktu itu hanya 90 ribu rupiah per bulan. Ia pun sempat mengajar komputer di SMPN 32 Bandung dan menerima  bimbingan belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Tahun 2000, Wasdi baru diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di SLB Negeri Subang, hingga sekarang. Namun demikian, ia sempat diperbantukan di sekolah swasta, yaitu SLB Tarbiyatul Muta’alimin selama 10 tahun, karena SLB tersebut kekurangan guru. Baru pada tahun 2010 Wasdi ditarik kembali ke SLB Negeri Subang.

SLB Negeri Subang merupakan salah satu SLB negeri di Kabupaten Subang yang juga merupakan SLB inti, terletak di Jalan Trubus Nomor 36, Blok Sukaasih I RT. 64A/18 Kelurahan Karanganyar, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dekat dengan kantor-kantor pusat pemerintahan Kabupaten Subang. Pada saat ini SLB yang dikepalai oleh Yadi Haryadi, S.Pd ini memiliki 31 orang guru dan kurang lebih 170 siswa berkebutuhan khusus. Rata-rata kualifikasi guru di SLB Negeri Subang adalah S-1. Bahkan sudah ada 6 guru yang S-2. Jenjang pendidikan yang diselenggarakan SLB adalah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMLB. Siswa berkebutuhan khusus yang mendapat pendidikan khusus di SLB Negeri Subang adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan autis.Sedangkan sarana dan prasarana yang tersedia pun sudah cukup memadai. Bahkan anak-anak yang bersekolah di SLB Negeri Subang sama sekali tak dipungut biaya sekolah, malah mereka mendapat tas sekolah, sepatu, dan kebutuhan-kebutuhan sekolah lainnya secara gratis.

Saat ini, Wasdi mengajar di SMPLB kelas 9 untuk anak-anak tuna daksa. Siswa yang diajarnya hanya berjumlah 3 orang. Menurutnya, menghadapi anak-anak tuna daksa merupakan sebuah tantangan tersendiri baginya. Ia dituntut harus memahami persoalan tak hanya dari sisi kognitif anak, tetapi juga perkembangan psikomotorik anak. Oleh karena itu, menurutnya, dalam menangani anak-anak tuna daksa diperlukan pula kerjasama dengan dokter.

Selain itu,Wasdi pun sangat aktif melibatkan orang tua siswa. Ia tak segan untuk secara rutin mengunjungi rumah siswa untuk berkomunikasi dengan orang tuanya mengenai cara penanganan anak tuna daksa. Dengan demikian, ia berharap bahwa tak hanya guru, tapi orangtua pun aktif dan rajin melatih anak tuna daksa.

Selama menjadi guru SLB, banyak suka duka yang telah dialami Wasdi. Misalnya, ia pernah sempat keseleo pinggang saat mencoba membantu salah seorang siswa kembali duduk dari kursi rodanya setelah jatuh. Ia pun berpengalaman menghadapi orang tua yang sangat protektif terhadap anaknya dan memiliki kecenderungan gemar menyalahkan guru, sehingga ketika anaknya jatuh atau menangis, Wasdi lah yang menjadi sasaran kemarahan orang tuanya.

Pengalaman menyenangkan yang pernah dialami Wasdi adalah ketika salah satu inovasinya, yakni sebuah alat yang bernama Pulley, yang dipergunakan sebagai alat bantu yang untuk menguatkan otot tangan pada siswa,  dilirik oleh pihak UNICEF untuk dimasukkan ke dalam program mereka, International Inspiration. Mereka bahkan berkomitmen bersedia membiayai program tersebut dan mempresentasikannya di mata dunia internasional. Inovasi Wasdi tersebut dibuat untuk meningkatkan olahraga anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk tuna daksa. Tak heran jika Wasdi pun diamanati untuk menjadi koordinator olahraga di SLB Negeri Subang untuk semua anak di semua bidang.

Sempat Menolak Ikut
Saat disebut menjadi Juara 1 Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional, Wasdi sempat terkejut dan tidak menyangka bahwa dirinya lah yang memenangi penghargaan tersebut. Apalagi ia mengingat bahwa persaingan begitu ketat. Sebelumnya ia bahkan sempat menolak untuk mengikuti lomba guru berprestasi karena ia merasa tak akan menang. Namun kepala sekolahnya memaksa dan terus memotivasinya dan bahkan berkomitmen untuk memfasilitasi semua kebutuhan untuk lomba, sehingga Wasdi pun akhirnya mendaftarkan diri.


Di tingkat Kabupaten, ayah tiga anak ini tak mengalami kesulitan yang berarti saat menghadapi para pesaingnya, sehingga ia pun terpilih dan melenggang ke tingkat Provinsi. Namun di tingkat Provinsi ia mengaku harus menghadapi persaingan yang sangat ketat, menghdapi kurang lebih 42 perwakilan kabupaten di Jawa Barat. Namun berkat upaya dan kerja keras Wasdi, akhirnya ia pun dapat memenangi seleksi tingkat Provinsi dan melaju ke tingkat Nasional. ***

Ditulis tahun : 2013
Diterbitkan di Majalah Dikmen dan Guru (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment