Pawit Abimaba, M.Pd.
Juara II Tutor Berprestasi Tingkat Nasional 2013
Setelah menyelesaikan pendidikan S-1nya di Universitas
Lampung pada tahun 1998, Pawit Abimaba, M.Pd. memutuskan untuk kembali ke
kampung halamannya di Gedung Pakuwon, Way Kanan, Lampung, untuk mengabdikan
diri.
Ayahnya adalah salah satu tokoh masyarakat di kampung halamannya selama
lebih dari 16 tahun, sehingga beliau pun aktif mendorong Pawit, putranya, untuk
sesering mungkin terlibat langsung dengan kegiatan masyarakat, pun ketika dalam
menghadapi berbagai masalah di masyarakat kampungnya. “Saya sering terlibat langsung dan sering menghadapi permasalahan yang dihadapi orang tua kala itu untuk menjembatani berbagai persoalan masyarakat.
Dari situ saya memahami bahwa salah satu faktor keterbelakangan masyarakat di sana adalah karena kurangnya akses pendidikan,” kata Pawit. Oleh
karena itu, ia merasa terdorong untuk kemudian mengabdi pada kampung
halamannya.
Saat itu, pekerjaan yang dapat diterimanya adalah menjadi guru
honorer di SMP, pada tahun 2002. Gaji pertamanya hanya 24 ribu rupiah, yang
langsung habis seketika untuk memfotokopi bahan ajar. Kini, ia pun sudah
diangkat menjadi kepala di SMP tersebut.
Hingga pada tahun 2004, pria kelahiran Gedung Pakuon, 1 Oktober 1975 ini
pun berkesempatan mengikuti seleksi PNS.Ia dinyatakan lulus, namun SK
pengangkatannya sebagai pegawai negeri baru keluar pada tahun 2005. Akhirnya,
setelah enam tahun menjadi guru honorer, Pawit diangkat menjadi PNS. Pada tahun
2006, ia pun ditugaskan menjadi tutor yang mengajar Paket C di PKBM Amanah. Jadi
sampai saat ini, Pawit memiliki dua kesibukan; menjadi kepala sekolah di SMP
dan mengajar di PKBM Amanah.
PKBM Amanah yang terletak di kampung Gedung Pakuwon, Kecamatan Baradatu,
Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung ini diresmikan pada tahun 2006, meski sudah beroperasi sejak tahun 2003 melalui kegiatan diskusi nonformal dan pemberantasan buta aksara. PKBM
yang memiliki lahan seluas 500 m2 ini terletak di lingkungan masyarakat yang kompleks, karena Kecamatan Baradatu memiliki keragaman sosial dan suku yakni
berada di lingkungan masyarakat
Lampung dan pendatang seperti Jawa dan Ogan (Sumatera Selatan). Karena terletak di daerah
pertanian, maka sebagian besar kehidupan masyarakatnya
bertumpu pada pertanian.
Hingga saat ini, tempat kegiatan pembelajaran di PKBM Amanah
masih berkolaborasi dengan gedung SD, SMP,dan SMA
di lingkup kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung. “Jadi,kita di PKBM memiliki ruang kelas yang cukup banyak walaupun bukan milik sendiri,” kata Pawit. Di
tahun ajaran 2013/2014 ini, ada sebanyak 75 warga belajar yang dibimbing oleh
10 orang tutor kesetaraan. Tutor yang sudah menjadi PNS baru 4 orang. Sejauh
ini, menurut Pawit, fasilitas yang tersedia di PKBM Amanah masih kurang
memadai, namun tak terlalu menghambat proses pembelajaran. Sedangkan program
Paket C, yakni yang setara dengan SMA, baru diadakan di PKBM Amanah pada tahun 2006.
Saat pertama kali menjadi tutor, Pawit mengaku merasakan
tantangan yang sebenarnya, karena ia biasa mengajar di pendidikan formal.
Baginya, awalnya tak mudah untuk berhadapan dengan warga belajar paket c dengan keragaman latar belakang kehidupan
dan usia. Menurutnya, latar belakang warga belajar yang masih usia sekolah
umumnya memiliki persoalan kenakalan remaja seperti nikah dini atau kasus
kriminal,sehingga harus dihukum. Ada pula yang karena
tidak memiliki biaya untuk sekolah formal, sehingga sekolah paket C sembari
menjadi pembantu rumah tangga atau
bekerja sebagai buruh tani.
“Sebagian lagi yang
sudah usia 4oan ingin mendapat ijasah,alasannya untuk memotivasi anak-anak mereka supaya mau tetap sekolah. Sebagian juga sebagai persyaratan kalau mau jadi aparat kampong atau ikut menjadi anggota partai politik, mengadu nasib menjadi anggota dewan,” terang Pawit.
Dalam mengajar, Pawit mengaku lebih banyak menggunakan metode dan pendekatan yang ekstra dibanding mengajar di
pendidikan formal, terutama dalam hal motivasi belajar. Kendati
demikian, ia mengatakan bahwa sejauh ini kiprahnya cukup berhasil. Hal yang
paling membahagiakan baginya adalah ketika menerima ungkapan terima kasih tulus dari alumni saat mereka sudah diterima bekerja dan memperoleh penghasilan layak saat melamar pekerjaan dengan menggunakan ijazah paket C. “Rasa haru dan bangga ketika melihat keberhasilan
lulusan itu merupakan
honor terbesar dan tidak ada bandingan,” ungkapnya.
Meski demikian, Pawit pun giat meningkatkan kompetensinya
supaya ia dapat memberikan yang terbaik untuk para peserta didiknya. Ia tak
segan untuk terus belajar dan banyak mengikuti kegiatan dalam diskusi-diskusi
pendidikan, baik dalam kegiatan pendidikan formal maupun dalam pendidikan
nonformal. Untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya, Pawit pun mengambil
program S-2. Langkahnya ini pun bertujuan untuk memacu motivasi diri dan warga
belajarnya bahwa pendidikan dan belajar itu tidak ada habisnya sepanjang hidup.
“Alhamdulillah saat ini saya
sudah berhasil menamatkan
S-2,” ujarnya.
Selama menjadi tutor, banyak pengalaman menarik yang telah
Pawit rasakan. Ia mengaku merasa gembira ketika mengajar warga belajarnya dapat
hadir semua, sehingga diperbolehkan untuk menempati ruang kelas di sekolah
formal. Namun yang paling menyenangkan menurut Pawit adalah ketika mengajar di
salah satu rumah warga belajar, sehingga pertemuannya terkesan informal dan
lebih santai. “Apalagi ketika musim panen buah menjelang,kita benar-benar merasakan kebersamaan yang begitu hangat,”
katanya. Hal yang membuat Pawit merasa sedih adalah ketika ada jam tutorial
yang jauh dari rumah dan warga belajarnya sudah siap untuk belajar, namun ia
tidak bisa berangkat karena hujan.
Selama menjadi tutor, Pawit senantiasa merasa antusias dengan
lulusan Paket C yang akhirnya bisa diterima di perguruan tinggi. “Biasanya ini saya pergunakan untuk
memotivasi warga belajar
yang lain, terutama
yang masih muda. Ada juga warga belajar kita di kelompok belajar yang pernah masuk penjara. Biasanya mereka
sering kita minta untuk berbagi pengalaman di penjara dan proses hukum langsung yang
dialaminya. Sehingga dia bisa kita berdayakan untuk pembelajaran mengenai hukum dan
peradilan,” tuturnya.
Sebagai tutor di PKBM Amanah, jadwalnya mengajar hanya pada
hari Jumat hingga Minggu pukul 14.00 wib
hingga pukul 20.00 wib. Ada lebih dari 3 kelompok belajar yang harus Pawit
dampingi. Kendati demikian, jaraknya tak terlalu jauh, rata-rata sekitar 5
km,sehingga ia bisa menempuhnya dengan sepeda motor atau cukup berjalan kaki.
Selain sibuk menjadi tutor maupun kepala di SMP, Pawit pun menjadi pengurus masjid di lingkungan tempat tinggalnya
serta aktif dalam kegiatan
pendidikan sebagai
pengurus MGMP.
Mewakili Lampung di
Tingkat Nasional
Awal mula ia mengikuti ajang pemilihan Tutor Paket C
berprestasi adalah ketika ia mendapat informasi dari salah seorang rekannya
dalam forum tutor provinsi. Kemudian Pawit pun mencari informasi yang lebih
mendalam ke kantor dinas pendidikan kabupaten. Setelah mempersiapkan berbagai
prasyarat yang ditentukan, Pawit pun mengikuti seleksi di Kabupaten Way Kanan.
Ia berhasil lulus hingga ke tingkat provinsi. Yang sangat menggembirakannya, ia
pun dinobatkan mewakili Provinsi Lampung untuk berkompetisi di ajang nasional. Pawit
mengaku telah mempersiapkan diri dengan mendokumentasikan portofolio selama
enam bulan sebelum ia akhirnya mengikuti seleksi di Jakarta.
Selama mengikuti proses seleksi di Jakarta, Pawit merasakan
pengalaman yang cukup menyenangkan karena ia menemukan kebersamaan di antara
sesama peserta meski mereka saling berkompetisi secara sehat. “Semua peserta seperti saudara yang sudah
lama tidak bertemu. Kami
banyak berbagi pengalaman di
daerah masing-masing tentang kesulitan-kesulitan
di daerah asal. Pengalaman ini menjadi motivasi
tersendiri bagi saya, sehingga saya ingin segera membagikannya kepada rekan tutor dan warga belajar di daerah saya,”
tuturnya.
Sebagai bekal dalam mengikuti proses seleksi di ajang
nasional, Pawit menggunakan karya tulisnya, Pembelajaran PKn Model VCT dengan perspektif Literasi untuk
pembentukan karakter dan revitalisasi nilai luhur Pancasila, yang
mengangkat masalah pembelajaran PKn di PKBM Amanah. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatannya, ia merasakan adanya benturan nilai nilai yang semakin menggerus nilai luhur Pancasila dan
ancaman terhadap karakter Bangsa. Sejak bangun tidur sampai hendak tidur kita disuguhi berbagai
fenomena yang negatif, mulai dari ancaman terhadap kebhinekatunggalikaan Indonesia, adanya potensi perpecahan, maupun konflik sosial. Pemicunya adalah kurangnya
kesadaran akan ke Bhinekatunggalikaan dan banyak hal lain seperti hukum yang berpihak pada segelintir orang
yang punya kuasa dan uang.
Pembelajaran PKn seharusnya
menjadi leading penanaman nilai luhur
dan pembentuk karakter.Namun terkadang hanya
sampai pada ranah kognitif saja, sehingga cenderung lebih banyak menghafal dan
belajar definisi tapi minim aksi. Muatan
pembelajaran PKn lebih kepada aspek kognitif dan hapalan saja. Jika guru hanya
mengoperasikan buku pelajaran saja, maka penanaman nilai dan pembentukan
manusia yang berkarakter tentunya akan semakin jauh dari harapan. Tutor juga belum mampu
untuk membentuk karakter peserta dengan menanamkan nilai nilai luhur pancasila
pada diri siswa. Jangankan untuk merubah perilaku warga belajar menjadi warga negara yang baik yang tahu akan
hak dan kewajiban, yang berkarakter dan sesuai dengan nilai nilai Pancasila
dalam kesehariannya, untuk mencapai kriteria ketuntasan minimalnya saja sangat
sulit untuk diwujudkan.
Metode pembelajaran menjadi salah satu bagian yang
berperan dalam keberhasilan pembelajaran. Meski demikian, setiap guru harus
menguasai berbagai macam model dan metode mengajar yang sesuai dengan materi
yang diajarkan sehingga dapat tercapai sasaran yang diharapkan. Metode ceramah
yang membosankan membuat siswa menjadi tidak termotivasi. Bahkan cenderung
mengungkung kebebasan murid dalam mencari jati diri dan pembentukan
karakternya. Pendekatan yang selama ini lebih mengedepankan anggapan bahwa
siswa harus diajar dan memposisikan guru sebagai guru yang serba tahu ternyata justru
membuat siswa menjadi tertekan dan menjadikan beban berat dalam menghadapi
pembelajaran.
Dalam hal ini, Pawit menyodorkan sebuah alternatif
pembelajaran PKn yang lebih tepat sasaran, yakni dengan langsung menyuguhkan suatu fenomena sosial
tertentu pada peserta didik dan mereka mengklarifikasi nilainya dengan
persepetif literasi agar lebih menanamkan budaya baca pada peserta didik. Penggunaan Model Pembelajaran VCT dengan perspektif
literasi dirasa cukup tepat untuk mengurai kemelut yang dihadapi. Model
Pembelajaran VCT dengan perspektif literasi diharapkan dapat membawa waarga
belajar langsung mengidentifikasi dan memahami secara langsung problamatika
sosial yang terjadi.
Tujuan akhirnya
adalah peserta didik mampu
melihat akar persoalan sesungguhnya dan berupaya bersama untuk memberi solusi
dari kasus yang dibahas. Dengan keterlibatan langsung dalam kerja kelompok dan
mengindentifikasi masalah, warga belajar diharapkan dapat menemukan nilai nilai luhur
positif yang ada dalam masayarakat dan merupakan cerminan dari nilai nilai
Pancasila. Pada aspek
ini, Pkn sudah
diharapkan menjangkau aksi nyata dalam mengatasi persoalan yang dihadapi. Setelah kegiatan pembelajaran, yang diharapkan adalah warga
belajar dapat melakukan tindakan nyata setelah kegiatan pembelajaran. Misalnya
membuat surat terbuka, aksi sosial, atau semacam kegiatan spontan berupa aspek konatifnya.
Berkat inovasinya dalam metode pembelajaran, Pawit berhasil
menyabet juara II dalam lomba Tutor Paket C Berprestasi Tingkat Nasional.
Sebuah pencapaian yang membuat Provinsi Lampung bangga atas sumbangsihnya. Dengan
banyak hadiah yang diterimanya, rencananya ia akan mempergunakannya untuk
membeli alat pembelajaran, dan sebagian untuk ongkos naik haji. ***
Ditulis tahun : 2013
Diterbitkan di Majalah Dikmen (Kemendikbud)
No comments:
Post a Comment