Profil Juara : Sempat Nyaris Menjadi Tuna Netra


Hartati R. Buhungo, S.Pd.
Guru Pendidikan Khusus Berprestasi Nasional 2014


Hartati R. Buhungo, S.Pd adalah salah satu guru pendidikan khusus di Indonesia yang beruntung mendapat kesempatan mengikuti ajang Pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2014 dan bertemu dengan Presiden. Sudah 27 tahun lamanya ia mengabdi di sekolah berkebutuhan khusus. Tak heran jika ia menjadi guru andalan di Provinsi Gorontalo.

Lahir dari keluarga sederhana dengan ayah yang seorang pedagang kaki lima dan ibu yang seorang ibu rumah tangga, sejak kecil Hartati ingin menjadi guru. Maka demi memuluskan cita-citanya, ia pun mengenyam pendidikan di SPG Gorontalo. Setamat dari SPG di Gorontalo pada tahun 1982, Hartati mengabdikan diri menjadi guru wiyata bakti di SD Negeri 2 Tunggulo, Kabupaten Gorontalo. Ia mengajar tanpa dibayar.
Hingga pada tahun 1986, wanita kelahiran Gorontalo, 16 Juli 1963 ini mendengar bahwa pemerintah membuka program Pendidikan Guru Sekolah Luar Biasa (PGSLB) yang akan diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat. Hartati pun tertarik untuk mengikuti program tersebut. Terlebih, saat itu ia sedang mengalami keadaan dimana matanya mulai terganggu. Ia bahkan nyaris hampir buta total. Hartati ingin mempersiapkan diri dengan belajar banyak mengenai tuna netra.

Kendati demikian, orang tuanya sempat tak setuju jika Hartati hendak mengikuti program PGSLB di Bandung. Anak perempuan seharusnya tak perlu pergi jauh-jauh dari keluarga. Kesempatan bekerja di Gorontalo pun toh masih banyak. Namun Hartati bersikeras. Maka bersama enam orang lainnya di Kabupaten Gorontalo, ia pun berangkat ke Bandung untuk mengikuti program PGSLB untuk tuna netra selama 3 bulan. Selama mengikuti program PGSLB, Hartati diberi kesempatan untuk langsung praktek mengajar di SLB Pembina Lebak Bulus, Jakarta, selama 2 bulan. Saat melihat dan berinteraksi langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus di SLB tersebut, ia menjadi tersentuh. Hatinya trenyuh, jiwanya merasa semakin terpanggil untuk mengabdikan diri mendidik dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus. Setelah menyelesaikan program PGSLB di Bandung, Hartati pun kembali ke Gorontalo. Ia juga diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di SLB Negeri Kabupaten Gorontalo.

SLB Negeri Gorontalo
SLB Negeri Gorontalo terletak di Jalan Kusnodanupoyo, Limboto, Gorontalo. Terletak sekitar 10 km dari pusat kota, sekolah ini mengakomodasi tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, dan tuna grahita.  SLB Negeri Gorontalo memiliki tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa di tingkat SD sebanyak 112 orang, di tingkat SMP sebanyak 49 orang, dan di tingkat SMA sebanyak 37 orang. Sedangkan jumlah guru sebanyak 16 orang guru PNS dan 18 orang guru honorer. Tidak sebanding dengan jumlah murid yang sebegitu banyak. Tak heran jika satu guru acapkali mengajar beberapa mata pelajaran, termasuk pelajaran olahraga. Ditambah lagi dengan fasilitas sarana dan prasarana yang tak sepenuhnya layak dan memadai.

Di SLB Negeri Gorontalo, Hartati termasuk guru andalan yang paling menguasai huruf braille. Kendati demikian, ia mengaku memiliki trik dan tips tersendiri dalam mengajar anak-anak tuna netra. “Saat pertama kali mengajar mereka, saya perkenalkan mereka dengan lingkungan terlebih dahulu, kemudian mengajari mereka norma-norma kehidupan, karena umumnya mereka memiliki kepribadian yang sangat sensitif. Setelah itu baru masuk ke pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, saya juga sering memakai teknik melagukan, misalnya abjad, angka, dan sebagainya. Karena dengan dilagukan, mereka menjadi lebih tertarik dan lebih mengerti,” terangnya. Namun pengalaman paling menarik yang pernah ia alami selama mengajar ialah ketika ia mengajar seorang anak tuna netra yang sekaligus tuna rungu. Dulu, kelas anak-anak berkebutuhan khusus pun sempat dicampur, misalnya dalam satu kelas terdapat anak tuna rungu, tuna netra, atau tuna grahita, karena masalah kekurangan guru. Namun lambat laun kian disadari bahwa mencampur anak-anak berkebutuhan khusus berbeda-beda dalam satu kelas bukanlah solusi yang tepat, maka kemudian kelas pun dipisah-pisah berdasarkan jenis ketunaan. Saat ini, hartati mengajar di kelas  4 dan 6 tingkat SDLB.

Menurut hartati, kesadaran masyarakat sekitar tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus mulanya sangat rendah. “Kami bahkan sempat menjadi bahan cemoohan dan tak dihiraukan. Tapi dengan adanya sosialisasi yangkontinue dan lomba-lomba yang diadakan sehingga anak-anak bisa berkreasi dan berprestasi dan bahkan mendapat kesempatan naik pesawat saat mengikuti berbagai lomba dan kejuaraan, maka lambat laun eksistensi kami diakui oleh masyarakat dan orang tua murid,” katanya. SLB Negeri Gorontalo memang telah menelorkan banyak prestasi membanggakan, bahkan hingga ke tingkat internasional. Salah satunya antara lain pernah menjadi juara 2 dalam kejuaraan lari di Shanghai, Cina pada tahun 2005, juga berpartisipasi dalam kejuaraan lari di Myanmar tahun 2013, pernah meraih juara 1 membaca puisi tingkat nasional, maupun juara 6 grup band tingkat nasional. Yang paling membuat Hartati merasa bangga adalah sebagian besar murid-murid berprestasi tersebut berasal dari tuna netra.

Untuk meningkatkan kualifikasinya, Hartati melanjutkan pendidikan S-1 nya di Universitas Negeri Gorontalo. Ia terpaksa memilih jurusan Bimbingan Konseling karena belum ada jurusan PLB. Bagaimanapun, jurusan Bimbingan Konseling lebih dekat dengan kebutuhan dan jenis keahlian yang diampunya. Ia lulus pada tahun 2009.


Hartati adalah satu-satunya perwakilan Kabupaten Gorontalo yang maju ke tingkat Provinsi Gorontalo saat mengikuti ajang pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Nasional 2014. “Harus menggunakan surat rekomendasi dari Bupati untuk bisa maju ke tingkat Provinsi. Salah satu syarat mendapatkan rekomendasi adalah masa kerja yang harus di atas 5 tahun,” kata Hartati. Di tingkat provinsi, ia pun dipercaya mewakili Provinsi Gorontalo sebagai guru pendidikan khusus untuk maju ke tingkat nasional. Hartati tak pernah menyangka bahwa ia akan mendapat kesempatan tersebut, bertemu dengan para PTK berprestasi dan berdedikasi dari seluruh Indonesia. Yang paling mengesankan baginya adalah ketika ia berkesempatan masuk ke Istana Negara. Ia semakin merasa bangga dengan profesinya, yakni mendidik dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus. ***

Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Juara Guru Berprestasi 2014 (Kemendikbud)

No comments:

Post a Comment