Nur Hidayah, S.Pd.
Juara 1 Tutor Paket A Berprestasi Nasional 2014
Juara 1 Tutor Paket A Berprestasi Nasional 2014
Ibu muda ini sangat
ulet dan teguh pada cita-citanya, yakni mengabdikan diri di dunia pendidikan. Tantangan
yang lebih berat pun dilakoninya, yakni membimbing dan mengajar siswa-siswa
dengan usia tidak terbatas. Nur Hidayah, S.Pd., Juara 1 Tutor Paket A
Berprestasi Nasional merasa puas dan bangga dengan profesinya.
Lahir di Semarang, 2 Maret 1985 dari sepasang orang tua
yang bekerja sebagai petani berpenghasilan terbatas, masa kecil Nur Hidayah, S.Pd. tak sering merasakan kemanjaan seperti halnya
anak-anak lainnya. Ia dituntut untuk senantiasa dapat mandiri dan bersikap
dewasa. Selain itu, orangtuanya pun mengajarkannya memiliki jiwa wirausaha
sehingga setidaknya ia dapat menambah uang saku sendiri. Misalnya dengan
membantu menjualkan makanan buatan ibu di sekolah. Meski demikian, cita-cita
yang tertanam dalam diri Nur Hidayah sejak kecil adalah ingin menjadi guru.
Di lingkungan masyarakat, anak kedua dari 2 bersaudara ini pun aktif bersosialisasi dengan mengikuti organisasi dan berbagai kegiatan
lain. Saat duduk di bangku SMA, Nur Hidayah bahkan sudah dipercaya untuk
mengajar Pramuka di SD.
Setamat dari SMUN 6 Semarang di tahun 2003, Nur Hidayah memperoleh
kesempatan untuk menjadi guru di TK PGRI 112 Semarang (sekarang TK PGRI 115
Semarang). Ia mengajar sempoa sekaligus merangkap sebagai tenaga administrasi.
Di luar waktu mengajar, ia juga mengikuti pendidikan kursus komputer administrasi selama
1 tahun demi menambah bekal kemampuannya.
Pada tahun 2005, barulah Nur Hidayah tertarik untuk bergabung dengan PKBM
Tunas Bangsa. Awalnya, salah seorang kawan SMAnya yang kebetulan adalah anak
pemilik PKBM Tunas Bangsa datang menawarinya untuk menjadi Tutor Keaksaraan
Fungsional di PKBM Tunas Bangsa. Karena sejalan dengan minatnya, maka tanpa
pikir panjang Nur Hidayah pun langsung menerima tawaran tersebut. Pendapatan
pertamanya sebagai tutor hanya sebesar 100 -300 ribu per bulan. Meski
demikian, Nur Hidayah tak mempermasalahkannya. Ia merasa senang dan bangga dengan
pekerjaannya.
Sejak menjadi tutor, hari-hari Nur Hidayah menjadi semakin sibuk, karena
pada pagi hari ia harus mengajar di TK, sedangkan malam harinya mengajar di
PKBM hingga pukul 9 malam. Namun jadwalnya mengajar di PKBM hanya 3 kali dalam
seminggu, yakni hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Sesibuk apapun kegiatan yang
dijalani Nur Hidayah, tak sekecappun keluh terucap darinya. Kemudaannya
membuatnya senantiasa bersemangat dan optimis. Namun pada tahun 2009, Nur
Hidayah tak lagi bekerja di TK PGRI 112 Semarang. Ia pindah mengajar di
PAUD Nur Ilmi, sebuah PAUD yang diselenggarakan oleh PKBM Tunas Bangsa.
Saat pertama kali terjun sebagai tutor, Nur Hidayah tak langsung mendapat
kemudahan dan kelancaran. Ia mengungkapkan bahwa perjuangannya benar-benar dimulai
dari nol. “Istilah Jawanya babat alas. Jadi kita benar-benar mulai dari
sosialisasi ke warga untuk mengikuti pendidikan kesetaraan paket A, sampai
jemput bola dalam mengumpulkan syarat administrasi hingga pada saat
pembelajaran,” ungkapnya. Kendati demikian, ia justru merasa sangat bersyukur dengan tantangan
tersebut, karena sebagai
guru pemula, ia merasa tertantang
dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik di tengah keterbatasan yang ada.
Diakui Nur Hidayah bahwa kesadaran masyarakat sekitar terhadap
pentingnya pendidikan masih rendah. “Mereka mau mengikuti kejar paket A setelah diperintah
tokoh masyarakat atau pimpinan di tempat kerja. Partisipasi warga
belajar dalam
tutorial pun
juga masih minim.
Bagi mereka, pemenuhan
kebutuhan ekonomi lebih dipentingkan daripada kebutuhan akan belajar,” katanya.
PKBM Tunas Bangsa
PKBM Tunas Bangsa Semarang yang
terletak di Jalan Raya Mangkang
Wetan Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang ini
berdiri sejak tahun 2000, dan dikelola oleh Nur Safu’ati, S.Pd, yang juga
adalah kepala TK PGRI 112 Semarang. Saat ini, jumlah tutor yang dimiliki sebanyak
15 orang, terdiri dari 3 tutor PNS dan 12 tutor nonPNS. Pada tahun ajaran
2014/2015 ini ada sebanyak 3 rombongan belajar yang belajar di PKBM Tunas
Bangsa. Masing-masing rombongan belajar terdiri dari 10 warga belajar.
Dari sisi sarana dan prasarana, PKBM
yang berdiri di lahan seluas 830m2 ini telah menyediakan 5 ruangan
yang dipergunakan untuk pembelajaran. Fasilitas yang tersedia antara lain aula
atau ruang pertemuan, 3 buah ruang belajar, taman bacaan masyarakat (TBM),
maupun laboratorium komputer. Kendati demikian, sebelumnya, saat awal pertama
kali berdiri, PKBM Tunas Bangsa masih harus meminjam tempat di sebuah sekolah
dasar, sehingga kegiatan pembelajarannya hanya dapat dilakukan di malam hari. Baru
pada tahun 2008 PKBM Tunas Bangsa memiliki gedung sendiri.
Saat awal mengajar warga belajar
di kelas Paket A, Nur Hidayah sempat merasa
pesimis karena usia warga belajar banyak yang di atas usianya.
Tak mudah mengajari atau mentransfer ilmu pengetahuan pada warga belajar yang
berusia dewasa. Juga tak mudah dalam menghadapi mereka, sangat berbeda dengan
menghadapi anak-anak usia sekolah. Akan tetapi lama-kelamaan
Nur Hidayah pun dapat
menikmati profesinya sebagai tutor. “Warga
belajar Paket A lebih menantang daripada mengajar
anak di sekolah karena
usia mereka yang
beragam, mulai dari usia 13 tahun hingga usia 50 tahun. Latar
belakang pekerjaan mereka
pun beragam, ada yang
seorang petani, peternak, perangkat desa, ibu rumah tangga, bahkan pengangguran. Mereka memiliki lebih banyak pengalaman hidup,
dan ini dapat menjadi sarana
belajar bagi saya untuk
menambah kedewasaan,” kata Nur Hidayah. Kendati demikian, menurutnya, meskipun
beberapa warga belajar usianya lebih tua darinya, namun mereka tetap menghormatinya karena mereka menganggap tutor sebagai guru yang membuka wawasan mereka.
Mayoritas para warga belajar adalah golongan masyarakat mampu kurang mampu, misalnya para petani atau peternak.
Waktu mereka
banyak digunakan untuk melakukan aktivitas di lahan pertanian dan kandang, sehingga hampir tidak
ada waktu luang untuk belajar. Itulah sebabnya maka diputuskan waktu belajar di PKBM adalah pada malam
hari, yakni pada pukul 18.30 sampai pukul 21.00. Bahkan acapkali pembelajaran
dilakukan di musholla atau sekolahan terdekat dari tempat tinggal warga belajar.
PKBM Tunas Bangsa
menarik iuran bulanan hanya sebesar 20 ribu rupiah setiap bulannya. Kendati
demikian, bagi warga belajar yang benar-benar tidak mampu tidak diwajibkan
untuk membayar iuran.
Tahun 2007 Nur Hidayah sempat mengikuti seleksi Rintisan Pendidikan Gelar
(RPG) S1 yang diselenggarakan oleh Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Betapa senang hatinya karena
rupanya ia dinyatakan lulus dan diterima kuliah S-1 Pendidikan Matematika di
Universitas Negeri Semarang (UNNES). “Saya sangat bersyukur karena dapat
meneruskan kuliah S-1 dengan beasiswa dari pemerintah,” katanya. Kesempatan itu
benar-benar ia hargai dan tidak disia-siakan. Dengan penuh semangat dan kerja
keras, Nur Hidayah bahkan meraih IPK di atas 3 saat kelulusan. “Saat itulah
saya yakin bahwa menjadi guru adalah pilihan yang tepat,” ujarnya.
Kuliah sambil bekerja benar-benar membuat Nur Hidayah sibuk. Meski
demikian, ia merasakan banyak manfaat dari kesibukan aktifitasnya. “Saya bisa belajar banyak hal dari materi
yang diajarkan pada saat kuliah dan langsung bisa mengaplikasikannya di tempat
bekerja. Pekerjaan ini saya
jalani sampai saya lulus S-1, yaitu Agustus 2011,” kisahnya.
Kendati demikian, Nur Hidayah menyadari bahwa ia tak boleh lengah,
sekadar puas dengan kemampuan yang dimilikinya. Ia harus senantiasa mengasah
dan mengembangkannya, dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, ia pun rajin
melakukan pengembangan profesi,
misalnya dengan mengikuti berbagai forum ilmiah, mengembangkan
berbagai model pembelajaran, menulis makalah, menulis/menyusun diktat
pelajaran, menulis buku pelajaran, menulis modul, menulis karya ilmiah,
melakukan penelitian ilmiah, membuat alat peraga/media, mengikuti pelatihan
akreditasi, mengikuti pendidikan kualifikasi, dan mengikuti kegiatan
pengembangan kurikulum.
Aktif di Berbagai Kegiatan
Sejak PKBM Tunas Bangsa memiliki
program Pendidikan Keaksaraan, Nur Hidayah terlibat secara penuh dalam
program-program tersebut, antara lain Pendidikan Keaksaraan Fungsional,
Keaksaraan Usaha Mandiri, dan Keaksaraan Lanjutan. “Hampir setiap tahun sejak
tahun 2006 saya memiliki tugas tambahan untuk mengajar di pendidikan
keaksaraan. Pelaksanaannya biasanya sekitar 3 bulan dan dilanjutkan dengan
laporan kegiatan ke dinas terkait,” katanya.
Di samping itu, ia pun kerap
menjadi narasumber atau pengajar di berbagai program kewirausahaan masyarakat
(PKM) yang diselenggarakan PKBM Tunas Bangsa, antara lain dalam kelas membatik
dan membuat souvenir dari kain flannel. “Saya bertugas menjadi salah satu
instruktur/narasumber untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat di bidang
kewirausahaan masyarakat. Selama ini PKBM Tunas Bangsa telah menerima 40 orang
peserta untuk program kewirausahaan masyarakat. Setiap program terdiri dari 20
peserta,” terangnya.
Tak hanya di PKBM Tunas Bangsa
saja, Nur Hidayah pun menjadi tim narasumber ketrampilan yang bekerja sama
dengan DIKSOSPORA Kota Semarang. “Ada banyak pelatihan ketrampilan yang telah
saya ikuti dengan bekerjasama dengan Diksospora Kota Semarang, di antaranya
pelatihan merangkai kain perca menjadi barang-barang bernilai jual yang berupa
dompet hp, tas, taplak meja, dan lain-lain. Pelatihan ini dilaksanakan di Panti
Asuhan Darul Hadlonah di Mangkang, Semarang, untuk melatih ketrampilan
anak-anak di panti asuhan tersebut. Selain itu juga ada pelatihan tata boga
untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial, serta pelatihan membuat hantaran
dan di bidang kecantikan rambut. Saya sangat senang karena dapat berbagi ilmu
dengan masyarakat dan sesama,” tutur Nur Hidayah.
Ia juga sempat menjadi instruktur kursus menjahit tata busana di LKP
setelah sebelumnya mengikuti kursus menjahit dan tes menjahit level I untuk
asisten pembuat busana. Setelah mendapat ilmunya, Nur Hidayah bersemangat untuk
menyalurkan kemampuannya. “Setelah lulus, saya bergabung dengan LKP Novita
sebagai salah satu instruktur tata busana. Kebetulan LKP Novita telah menjalin
mitra dengan PKBM sejak tahun 2005,” katanya.
Selain sibuk dengan kegiatan
menjadi tutor ataupun instruktur, Nur Hidayah masih meluangkan tenaganya untuk
mendirikan dan menjadi pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan Mangkang
Wetan dan Mangkang Kulon, Semarang.
Menjadi tutor selama 9 tahun
membuat Nur Hidayah beroleh banyak ilmu dan pengalaman. Suka dan duka pun telah
dicicipinya dengan lapang dada. Bahkan tak jarang ia mendapatkan pengalaman
yang penuh kesan. Misalnya ketika ia mendapat kejutan kado ulang tahun dari
para warga belajarnya. “Pada saat saya berulang tahun, tanpa saya sadari
peserta didik saya membuat kejutan kado ulang tahun untuk saya, saya sangat
terharu atas perhatian mereka kepada saya,” kenangnya.
Ia pun tak jarang menghadapi warga belajar yang unik dan
menarik. Contohnya antara lain salah seorang warga belajarnya yang punya minat belajar
sangat tinggi hingga hampir
setiap hari ia datang
ke rumah Nur Hidayah
supaya diajari mata pelajaran matematika. “Semangat
belajarnya sangat tinggi, hingga orang tuanya pun memberikan
dorongan kepada anaknya untuk belajar ke rumah saya,” kata Nur Hidayah, yang sama sekali
merasa tak keberatan dengan ‘ulah’ warga belajar tersebut.
Sehari-harinya, Nur Hidayah cukup
rajin dalam menjalankan profesinya. Menjalani rutinitas saban hari ia hayati
dengan penuh sukacita. Bekerja sedari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore, di hari
Senin, Rabu dan Sabtu dari 6 sore sampai pukul 9 malam. Tak terasa terlalu
capek, karena jarak rumahnya menuju PKBM hanya kurang lebih 5km saja, yang
biasa ia tempuh dengan sepeda motor atau angkutan umum.
Saat ini, ia hidup berbahagia
dengan suami yang seorang pegawai swasta, dan seorang anaknya. Menikah pada
tahun 2012 dengan Vicky Regananto membuat Nur Hidayah semakin bersemangat dan
optimis menghadapi setiap tantangan hidup
yang terbentang di depan. Ia juga sangat bersyukur karena sang suami pun
menaruh menaruh minat dan perhatian pada dunia pendidikan sehingga ia selalu
mendukung penuh setiap langkah Nur Hidayah.
Di waktu luang, jika tak sedang
mengajar, ibunda dari Vinda Khalifa Alfahra
ini masih menyempatkan diri untuk kadangkala memberi les pada anak-anak
tetangga dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Selain itu, ia pun masih sempat
menjalankan wirausaha dengan menerima pesanan makanan atau nasi kotak.
Menang Berkat Media Pembelajaran
Pertama kali Nur Hidayah
mendengar adanya Lomba PTK Berprestasi 2014 adalah melalui Dinas Pendidikan Kota Semarang. Dengan
penuh semangat dan motivasi dari orang-orang terdekat, Nur Hidayah pun
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan dokumen-dokumen, dan mengikuti seleksi di
Kota Semarang. Ia merasa sangat senang dan bangga berhasil lulus dari
tahapan-tahapan seleksi, bahkan hingga sampai ke tingkat nasional. Manfaat
nyata yang ia rasakan adalah ia dapat bertemu dengan tutor-tutor terbaik dari
seluruh Indonesia. Baginya, menjadi tutor berprestasi adalah sebuah
pengakuan yang luar biasa. Ia semakin termotivasi untuk selalu menggunakan ilmu
yang diperoleh demi kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Dalam lomba tingkat nasional,
karya tulis dan presentasi yang dibawakan olehnya, yang membuatnya hingga
memenangi lomba sebagai juara 1 adalah tentang media pembelajaran yang menarik
dan inovatif, Poster Matik. Poster Matik adalah strategi alternatif
untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar matematika. Nur Hidayah
menciptakan inovasi ini setelah ia mengamati dan melakukan penelitian pada
kegiatan warga belajar di PKBM Tunas Bangsa.
Menurutnya, proses pembelajaran
matematika di PKBM Tunas Bangsa masih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran di
kelas, guru belum menerapkan model maupun metode yang sesuai dengan
pembelajaran yang akan diajarkan. Warga belajar pun kurang diberi kesempatan
untuk mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika, sehingga kemampuan mereka
dalam menyelesaikan soal-soal matematika masih rendah. Terbukti, dari hasil tes
untuk mata pelajaran matematika pada
dua tahun terakhir, yaitu tahun
2012/2013, nilai rata-rata warga belajar PKBM
Tunas Bangsa adalah 6,4. Dan pada tahun 2013/2014, nilai rata-ratanya adalah 6,6.
Ini berarti nilai rata-rata tes akhir warga belajar belum mencapai hasil yang
maksimal, yaitu 7,0. Meskipun ada beberapa warga belajar yang memiliki prestasi
menonjol, hal itu belum mampu menumbuhkan persaingan dalam memperoleh nilai.
Hal ini dikarenakan antara lain proses
pembelajaran secara tatap muka yang dilakukan di PKBM Tunas Bangsa selama ini
hanya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan masih berpusat pada tutor.
Pembelajaran matematika hanya satu minggu dua kali pertemuan, serta belum
menggunakan lembar kerja serta alat peraga/media pembelajaran. Tutor pun belum
terbiasa menggunakan media pembelajaran, karena pembelajaran yang dilakukan
masih bersifat ekspositori. Warga belajar sendiri masih terlihat rendah
motivasinya. Tingkat kehadiran mereka kurang dari 75% dalam setiap bulannya.
Selain itu aktivitas warga belajar juga masih rendah pada saat pembelajaran,
terlihat dari sikap yang pasif dan kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran, khususnya matematika.
Sebab lain yang diidentifikasi
Nur Hidayah melalui surveynya antara lain tidak tersedianya
tempat praktek pembelajaran matematika (laboratorium matematika),
tidak tersedianya alat peraga matematika, perpustakaan tidak dimanfatkan secara optimal yaitu selama satu semester
hanya 30% warga
belajar yang memanfaatkan
perpustakaan, warga belajar tidak mempunyai buku penunjang lain selain buku yang disediakan di
perpustakaan, dan sebagian besar warga belajar
memiliki motivasi belajar yang rendah, kemungkinan dikarenakan sudah keletihan
setelah seharian bekerja.
Poster Matik
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Nur Hidayah pun
menciptakan Poster Matik, sebuah strategi alternatif untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas
belajar matematika bagi para warga belajar. Poster
Matik merupakan akronim dari Poster Matematika Realistik dapat diartikan
sebagai salah satu media pembelajaran yang berbentuk gambar atau tulisan yang
dapat digunakan sebagai bahan ajar matematika. Dengan adanya Poster Matik akan
dapat membantu meningkatan motivasi dan
aktivitas warga belajar untuk belajar matematika dengan lebih
menyenangkan. Poster Matik dapat
didesain sendiri oleh warga belajar, namun akan lebih baik bila tutor juga membuat Poster Matik terlebih dahulu sebagai
rangsangan kepada warga belajar agar dapat meningkatkan ketrampilan dan
kreativitasnya terhadap pembelajaran matematika yang realistik.
Poster Matik berisi tentang gambar atau tulisan tentang matematika,
bisa berupa rumus matematika atau pertanyaan kognitif tentang matematika yang dapat
merangsang pembacanya agar mau berfikir dan melakukan aktivitas matematika. Poster Matik digunakan dengan cara
langsung untuk proses pembelajaran maupun dengan cara ditempel di majalah
dinding (mading) terlebih dahulu. Diharapkan dengan ditempel di mading akan
lebih meningkatkan motivasi belajar matematika terhadap warga belajar.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Nur Hidayah, disarankan kepada para tutor di Kejar Paket A Tunas Bangsa Semarang pada
saat mengajarkan materi bangun datar dan volum bangun ruang kubus dan balok,
hendaknya menggunakan media poster matik
berbantuan lembar kerja warga belajar. ***
No comments:
Post a Comment